KYOTO, DARI MANA SHOGUN BERASAL

Berkesempatan jalan-jalan ke satu region di Jepang agak ke selatan, Kansai, kota para shogun yang terkenal itu memang “amazing”.

Kansai terdiri dari 3 kota besar yakni Osaka, kyoto, Nara, Kobe. Keunikan Kansai merupakan daerah konsentrasi terbesar penduduk Jepang setelah Kanto, sekaligus bekas Jepang lama. Disebut Jepang lama, karena Ibukota Jepang lama adalah Kyoto yang berada di region ini. Di sini bisa kita lihat kondisi antara Jepang modern dan Jepang yang masih mempertahankan tradisinya.

Perjalanan ke Kyoto, sebuah kota yang berjarak 40-50 km dari Osaka, hanya 20 menit bila menggunakan kereta peluru, itu pun sudah kereta yang paling lambat. Apabila menumpang kereta eksres, jarak dari Osaka ke Kyoto dicapai hanya dengan 15 menit.

Kota tua yang eksotis

Kyoto merupakan Ibukota Jepang lama, sebuah pusat kebudayaan Jepang sebelum Restorasi Meyzi. Inilah potret Jepang sewaktu shogun-shogun masih berkuasa, sebelum dipersatukan kembali oleh kaisar di Tokyo.

Perjalanan dimulai dengan menghampiri salah satu istana shogun yang pernah berkuasa di Kyoto. Istana yang berada di tengah kota Kyoto. Memasuki pintu gerbang istana tampak atap gerbang yang terbuat dari bambu dan kayu sebagai ciri khas. Nuansa arsitektur vernakular tampak pula pada perkerasan di ruang luar istana. Perkerasan yang berumur 400 tahun berupa kumpulan kerikil dan pasir berserakan yang merapat tanpa teknologi perekat. Perkerasan ini terus menerus diratakan agar terpelihara sampai kini. Terbukti di sini, orang Jepang memang ahli membikin perkerasan sejak dulu.

Karakteristik bangunan Jepang dengan modul-modul yang sangat terukur tampak pada ruang bangunan istana. Ukuran-ukuran yang teratur berdasarkan satu standar itu dinamakan tatami. Semua elemen bangunan seperti pembagian dinding, pintu, tinggi bangunan, tinggi atap bisa dikembalikan dalam ukuran tersebut. Tatami yang secara harafiah berarti tikar atau alas tidur, memiliki ukuran tersendiri yang sudah berkoordinasi dengan ukuran-ukuran tubuh manusia. Karenanya, masuk ke bangunan Jepang kuno kita akan merasa nyaman dengan skala-skala manusiawi.

Memasuki ruang dalam istana, interior terlihat sangat sederhana. Singgasana Shogun hanya berupa sebuah matras sutra dilapisi bulu binatang dan hampir-hampir tidak ada perabotan lain kecuali meja kecil.

Dari istana, kita agak keluar dari kota Kyoto, kurang lebih 15 kilometer. Ada semacam tempat semedi para shogun kala itu bernama Kuil Emas. Tempat ini sudah dipakai bangsawan Jepang sejak abad 12, baru dibentuk seperti sekarang pada abad 16, dan disebut Kuil Emas di abad 17. Bangunannya sendiri berumur 450 tahun.

Disebut Kuil Emas karena terbuat dari kayu dan dilapisi oleh pelapis semacam cat. Satu bukti lain tentang kemahiran masyarakat Jepang sejak lama sebelum bangsa asing masuk ke sana terlihat dari kemampuan membuat pelapis semacam cat dicampur logam hingga seperti tampak pada kuil yang menghadirkan warna emas. Kurang jelas teknik pewarnaan macam apa yang digunakan, dan ramuan apa yang menghasilkan cat emas itu, selain ramuan damar yang mengawetkan kayu.

Taman-taman di area Kuil Emas diatur dengan gaya lansekap Jepang. Ada teratai melambangkan kehidupan, telaga melambangkan dunia, warna emas yang melambangkan arah surgawi. Warna emas berada di lantai 2 hingga atas sebagai zona mereka bersemedi. Lantai satu yang tidak dilapisi warna emas merupakan representasi alam dunia, bukan diperuntukan sebagai area semedi.

Menjaga tradisi, mengamalkan ilmu

Kota Kyoto hanya berpenduduk sekitar 1,9 juta. Justru turis yang datang bisa mencapai 3-4 juta, dengan rata-rata menggunakan jasa transpotasi kereta peluru. Kerenanya, Kyoto Station yang menerapkan struktur bentang besar ini dirancang sangat apik. Bentangan area hall penerima saja kurang lebih mencapai 40 meter. Begitu pun ketinggian bangunannya yang mencapai 40 meter.

Bangunan baru Stasiun Kyoto yang ada kini, pertama kali diluncurkan pada 1997. Desainnya merupakan hasil kompetisi desain yang diumumkan pada 1991 dengan pemenang seorang arsitek Jepang, Hiroshi Hara. Kyoto saat itu memutuskan menggunakan proyek stasiun baru Kyoto ini sebagai semacam pengukuhan kembali Kyoto sebagai pusat budaya Jepang sekaligus tujuan pariwisata terkemuka di Jepang.

Dari perjalanan keliling Jepang, tampak bahwa orang Jepang tak dimungkiri mampu menyerap dan meningkatkan ilmu, metoda dan bahan bangunan. Kemajuannya sejalan dengan kebanggaan merefleksikan nafas arsitektur mereka sendiri sebagai bangsa. Di samping nafas arsitektur setempat yang sangat terasa, mereka juga sangat menghargai infrastruktur. Semua bangunan dibuat dengan perencanaan dan pelaksanaan sungguh-sungguh, termasuk proses pemeliharaan yang sama baiknya..

Pelestarian tempat bersejarah juga dihargai benar-benar, seperti pada pelestarian Kuil Emas yang terjaga. Dedikasi pemerintah Jepang atas kepentingan umum tak diragukan. Bisnis ya bisnis, tapi kebutuhan rakyat tetap nomor satu. Kebutuhan fasilitas budaya atau sejarah seperti Kuil Emas ini sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pajak yang diberlakukan memang tinggi, tapi apa yang dihadirkan untuk rakyatnya juga luar biasa berkualitas. Setiap fasilitas rakyat sampai unit rumah terkecil dipastikan punya kelengkapan hidup yang layak, higienis, dan yang pasti, manusiawi.

sumber:proyeksi.com

Wow.Wonderful..Japan is eksotis and modern country.